http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=158852
Cadangan Migas Terbesar Dunia Ditemukan di Aceh
Penulis: Reva Sasistiya
JAKARTA--MI: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang melakukan survei geologi dan geofisika kelautan menemukan cadangan migas yang amat besar perairan timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Bahkan diperkirakan yang terbesar didunia, yakni 320,79 miliar barel.
Meski volume tersebut, menurut Kepala BPPT Said Jenie, baru mempresentasikan ruang dalam batuan (tanki) yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, namun melihat berbagai indikasi yang berasosiasi dengan hadirnya migas, ia mengaku cukup optimistis.
"Memang penelitian masih perlu ditindaklanjuti. Tapi, jika memang terbukti benar, kita bisa bayangkan penerimaan negara yang tak terkira jumlahnya dari penemuan ini," ujarnya di Jakarta, Senin (11/2).
Ia menjelaskan, temuan yang didapati didaerah cekungan busur muka setelah melakukan survei seismik di perairan barat Aceh dalam kedalam 500-800 meter dari dasar laut yang mempunyai kedalam 1.100 meter, mendapati perkiraan volume cadangan antara 17,1-10 miliar kubik.
"Bila diketahui 1 meter kubik cadangan 6,29 barel, volume total minimumnya adalah 107,5 miliar barel dan volume maksimum 320,79 miliar barel," jelasnya.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi BPPT Yusuf Surahman, penemuan cadangan migas tersebut ditemukan pada porositas 30%. Porositas adalah potensi batuan mengikat minyak.
Biasanya, kata dia, dari potensi cadangan tersebut, kandungan minyaknya hanya 15%. "Dengan demikian, cadangan minyaknya diperkirakan bisa sampai 53 miliar barel," ungkapnya.
Said menambahkan, penemuan ini sudah dilaporkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti. Sejauh ini, kata dia, sudah ada penawaran untuk melakukan studi lanjutan dari PT Pertamina (persero).
"Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan dari Dirjen Migas Departemen ESDM," kata Said.
Pengamat perminyakan dari Exploration Think Thank Indonesia Andang Bachtiar menyatakan, setidaknya memerlukan waktu tiga tahun untuk membuktikan cadangan minyak ini. "Untuk biaya seismik ini saya perkirakan bisa US$5 juta-10 juta," ujarnya.
Apabila, cadangan minyak di Aceh barat ini memang terbukti, maka dapat dikatakan cadangan ini yang terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, jumlah cadangan terbukti untuk Arab Saudi sebesar 264,21 miliar barel dan jumlah cadangan untuk lapangan Banyu Urip, Cepu adalah sekitar 450 juta barel.
Lapangan migas dapat dikategorikan sebagai lapangan raksasa apabila volume cadangan terhitung mencapai 500 juta barel.(Eva/OL-03)
------------------
Potensi Minyak 320 Miliar Barel Ditemukan di Perairan Simeuleu
Jakarta, 11/2 (ANTARA) - Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan suatu lembaga riset Jerman menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar sekitar 107,5-320,79 miliar barel di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam (NAD).
"Temuan ini setelah riset kami dengan Kapal Riset Sonne untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca Tsunami 26 Desember 2004," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Dr Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Angka tersebut sangat signifikan, misalnya jika dibandingkan dengan cadangan terbukti minyak milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barel, ujarnya.
Struktur tersebut, urainya, terdiri dari struktur depocenter yang diduga sebagai daerah dapur tempat produksi hidrokarbon, patahan naik sebagai media migrasi hidrokarbon dari dapur, carbonat buildups reservoir hidrokarbon, serta bright spot yang mengindikasikan hadirnya gas. (*)
------------
http://www.antara.co.id/arc/2008/2/11/temuan-migas-di-simeuleu-perlu-ditindaklanjuti/
Temuan Migas di Simeuleu Perlu Ditindaklanjuti
Jakarta (ANTARA News) - Potensi minyak dan gas (hidrokarbon) yang baru ditemukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) di perairan timur laut Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu segera ditindaklanjuti.
"Kalau potensinya mencapai 107,5 miliar sampai 320,79 miliar barel itu suatu jumlah yang sangat besar, yang jika saja dari potensi itu hanya terbukti 25 persen, masih juga merupakan angka yang sangat menarik," kata pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Dr Andang Bachtiar, di Jakarta, Senin.
Ia membandingkan dengan cadangan terbukti minyak milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barel dan bisa dieksplorasi hingga 250 tahun.
Sedangkan lapangan minyak dan gas yang dapat dikategorikan sebagai giant field bila volume cadangan terhitung mencapai 500 juta Barel.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Dr Yusuf Surachman mengatakan, hitungan untuk memperkirakan volume tersebut dihitung minimal 17,1 x 109 m3 dan maksimal volume tolal 51 x 109 m3.
"Perkiraan volume tersebut berdasarkan volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, carbonat buildup berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen," katanya.
Menurut dia, struktur di daerah Cekungan Busur Muka Simuelue yang berasosiasi dengan hadirnya minyak (struktur Carbonat Build Ups dan Bright Spot untuk gas) itu ada di kedalaman 500-800 meter dari dasar laut yang kedalamannya 1.100 meter.
Ia juga mengingatkan bahwa volume tersebut hanya merepresentasikan ruang dalam bentuk tangki yang belum tentu seluruhnya diisi oleh hidrokarbon, berhubung ruang dalam batuan dipengaruhi faktor lain seperti indeks saturasi air, kemampuan daya tampung minyak, dan gas.
Kepala BPPT Prof Dr Said D Jenie berharap, pemerintah Indonesia segera mengamankan potensi tersebut agar dapat dikuasai oleh negara.
"BPPT menyarankan untuk segera dilakukan penelitian lanjutan semaksimal mungkin yang dilaksanakan oleh para peneliti dalam negeri yang sudah memiliki kemampuan dan fasilitas. BPPT dan LIPI memiliki sejumlah armada kapal riset Baruna Jaya untuk membuktikan kebenaran ada atau tidaknya cadangan itu," katanya. (*)
------------
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.11.16375715&channel=1&mn=15&idx=16
Ditemukan Sumber Minyak Baru di Perairan NAD
JAKARTA, SENIN - Survey geologi dan geofisika kelautan yang dilakukan BPPT dan Bundesanspalp fur Geowissnschaften und Rohftoffe (BGR Jerman) di perairan barat Sumatra pasca gempa tsunami 26 Desember 2004 menemukan potensi hidrokarbon yang besar di daerah cekungan busur muka (fone arc basin) perairan timur laut Pulau Simuelue, Nanggroe Aceh Darussalam.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi SDA BPPT, Yusuf Surachman, jika melihat besarnya karbonet buildups yang ditemukan potensi hidrokarbon yang ada minimum mencapai 107,5 miliar barel dan maksimum 320,79 miliar barel. "Ini masih potensi karena belum tentu cekungan tersebut berisi minyak atau gas di dalamnya. Banyak faktor yang memengaruhi, bisa ketebalan sedimen di atasnya, adanya patahan akibat gempa, atau hal lainnya," kata dia.
Potensi hidrokarbon ini, seperti dikemukakan Kepala BPPT, Said D Jennie, di Jakarta, Senin (11/2), diketahui dengan ditemukannya struktur geologi yang berhubungan dengan keberadaan hidrokarbon, yaitu struktur depocente sebagai tempat produksi hidrokarbon, karbonet buildups sebagai reservoir serta bright spot yang mengindikasikan keberadaan gas.
Hal ini juga ditegaskan oleh ahli geologi perminyakan Andang Bachtiar bahwa temuan ini masih merupakan indikasi awal besarnya sumber daya migas di perut bumi Indonesia.
Untuk selanjutnya, BPPT telah menyiapkan satu kapal riset yang dilengkapi alat khusus steismik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan telah meminta kepada pemerintah untuk mengamankan daerah perairan barat Aceh tersebut.
----------------
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.02.11.17334348&channel=1&mn=15&idx=16
Ditemukan Lagi Empat Wilayah Baru Potensi Minyak
JAKARTA, SENIN - Penemuan struktur geologi yang berpotensi mengandung hidrokarbon tidak hanya ditemukan di wilayah perairan barat Aceh, tapi juga di empat daerah cekungan busur muka (fone arc basin) lain di Indonesia yaitu Bengkulu, Banten, Lombok dan Laut Sulawesi.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yusuf Surachman, keempat daerah ini memiliki struktur geologi yang memungkinkan keberadaan hidrokarbon yang sangat besar yang akan memberikan kontribusi besar bagi bidang migas dan ekonomi di Indonesia. Namun, ia mengatakan bahwa belum dilakukan riset lanjutan untuk
membuktikan semua ini.
"BPPT akan terus mengusahakan riset di keempat daerah ini, tapi sekarang riset akan lebih difokuskan di cekungan di Aceh," kata Yusuf.
Ia juga menambahkan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar dalam bidang migas, namun belum dapat terdeteksi dengan baik karena keterbatasan riset dan teknologi. Ia mengharapkan, ke depannya, akan ada kerjasama yang terpadu antara BPPT dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk observasi selanjutnya.